CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY Adalah Sebuah Badan Usaha Yang Bergerak di Bidang Jasa Konsultan Geologi dan Pertambangan, Kami Melayani Survey Geologi Maupun Perizinan IUP Tambang CV. JOGJA GEOLOGI SURVEY Didirikan Dengan Akta Notaries Siti Asmaul Khusnah SH No. 07 tanggal 12 Februari Tahun 2012 Kontak Kami Hp : 085323353108 Email : jgsconsultan@gmail.com
CV. Jogja Geologi Survey
Wednesday, 31 October 2012
Tuesday, 30 October 2012
Thursday, 15 March 2012
GENESA NIKEL LATERITE
Genesa Umum Nikel Laterit
Genesa Umum Nikel Laterit
Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa.
Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992).
Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh – tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral – mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral – mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).
Besi dan Alumina Laterit
Besi dan alumina laterit tidak dapat di pisahkan dari proses pembentukan nikel laterit, salah satu produk laterit adalah besi dan almunium. Pada profil laterit terdapat zona-zona di antaranya zona limonit. Zona ini menjadi zona terakumulasinya unsur-unsur yang kurang mobile, seperti Fe dan Al.
Batuan dasar dari pembentukan nikel laterit adalah batuan peridotit dan dunit, yang komposisinya berupa mineral olivine dan piroksin. Faktor yang sangat mempengaruhi sangat banyak salah satunya adalah pelapukan kimia. Karena adanya pelapukan kimia maka mineral primer akan terurai dan larut. Faktor lain yang sangat mendukung adalah air tanah, air tanah akan melindi mineral-mineral sampai pada batas antara limonit dan saprolit, faktor lain dapat berupa PH, topografi dan lain-lain.
Endapan besi dan alumina banyak terkonsentrasi pada zona limonit. Pada zona ini di dominasi oleh Goethit (Fe2O3H2O), Hematite (Fe2O3) yang relatif tinggi, Gibbsite (Al2O3.3H2O), Clinoclore (5MgO.Al2O3.3SiO2.4H2O) dan mineral-mineral hydrous silicates lainnya(mineral lempung)
Bijih besi dapat terbentuk secara primer maupun sekunder. Proses pembentukan bijih besi primer berhubungan dengan proses magmatisme berupa gravity settling dari besi dalam batuan dunit, kemudian diikuti dengan proses metamorfisme/metasomatsma yang diakhiri oleh proses hidrotermal akibat terobosan batuan beku dioritik. Jenis cebakan bijih besi primer didominasi magnetit – hematite dan sebagian berasosiasi dengan kromit – garnet, yang terdapat pada batuan dunit terubah dan genes-sekis.
Besi yang terbentuk secara sekunder di sebut besi laterit berasosiasi dengan batuan peridotit yang telah mengalami pelapukan. Proses pelapukan berjalan secara intensif karena pengaruh faktor-faktor kemiringan lereng yang relative kecil, air tanah dan cuaca, sehingga menghasilkan tanah laterit yang kadang-kadang masih mengandung bongkahan bijih besi hematite/goetit berukuran kerikil – kerakal.
Besi Laterit merupakan jenis cebakan endapan residu yang dihasilkan oleh proses pelapukan yang terjadi pada batuan peridotit/piroksenit dengan melibatkan dekomposisi, pengendapan kembali dan pengumpulan secara kimiawi . Bijih besi tipe laterit umumnya terdapat didaerah puncak perbukitan yang relative landai atau mempunyai kemiringan lereng dibawah 10%, sehingga menjadi salah satu factor utama dimana proses pelapukan secara kimiawi akan berperan lebih besar daripada proses mekanik. Sementara struktur dan karakteristik tanah relative dipengaruhi oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah. Adapun profil lengkap tanah laterit tersebut dari bagian atas ke bawah adalah sebagai berikut : zone limonit, zone pelindian (leaching zone) dan zone saprolit yang terletak di atas batuan asalnya (ultrabasa).
Zona pelindian yang terdapat diantara zona limonit dan zona saprolit ini hanya terbentuk apabila aliran air tanah berjalan lambat pada saat mencapai kondisi saturasi yang sesuai untuk membentuk endapan bijih. Pengendapan dapat terjadi di suatu daerah beriklim tropis dengan musim kering yang lama. Ketebalan zona ini sangat beragam karena dikendalikan oleh fluktuasi air tanah akibat peralihan musim kemarau dan musim penghujan, rekahan-rekahan dalam zona saprolit dan permeabilitas dalam zona limonit.
Derajat serpentinisasi batuan asal peridotit tampaknya mempengaruhi pembentukan zona saprolit, ditunjukkan oleh pembentukan zona saprolit dengan inti batuan sisa yang keras sebagai bentukan dari peridotit/piroksenit yang sedikit terserpentinisasikan, sementara batuan dengan gejala serpentinit yang kuat dapat menghasilkan zona saprolit .
Fluktuasi air tanah yang kaya CO2 akan mengakibatkan kontak dengan saprolit batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti serpentin dan piroksin. Unsur Mg, Si, dan Ni dari batuan akan larut dan terbawa aliran air tanah dan akan membentuk mineral-mineral baru pada saat terjadi proses pengendapan kembali. Unsur-unsur yang tertinggal seperti Fe, Al, Mn, CO, dan Ni dalam zona limonit akan terikat sebagai mineral-mineral oksida/hidroksida diantaranya limonit, hematit, goetit, manganit dan lain-lain. Akibat pengurangan yang sangat besar dari Ni-unsur Mg dan Si tersebut, maka terjadi penyusutan zona saprolit yang masih banyak mengandung bongkah-bongkah batuan asal. Sehingga kadar hematit unsur residu di zona laterit bawah akan naik sampai 10 kali untuk membentuk pengayaan Fe2O3 hingga mencapai lebih dari 72% dengan spinel-krom relative naik hingga sekitar 5% .
Besi laterit
Mineral ini terbentuk dari pelapukan mineral utama berupa olivine dan piroksin. Mineral ini merupakan golongan mineral oksida hidroksida non silikat, mineral ini terbentuk dari unsur besi dan oksida atau FeO( ferrous oxides) kemudian mengalami proses oksidasi menjadi Fe2O3 lalu mengalami presipitasi atau proses hidroksil menjadi Fe2O3H2O ( geotithe). Mineral ini tingkat mobilitas unsurnya pada kondisi asam sangat rendah, oleh karena itu pada profil laterit banyak terkonsentrasi pada zona limonit.
Wednesday, 14 March 2012
TUTORIAL SURPAC
kumpulan artikel tambang
Sabtu, 2008 Desember 20
TUTORIAL SURPAC BAG 1
Pengukuran Vol. utk solid
à digunakan utk peghitungan volume hasil pemboran
Menu solid diaktifkan
Triangulate à between segment à apply
Triangulate à inside segment (utk menutup ruang kosong di bag. atas & bawah)
Validation à apply à lihat file *.not
Volumes à report volumes solids à apply à lihat file *.not (baca volume)
Mine Design
Data yang dibthkan :
- Besarnya slope
- Tinggi jenjang
- Lebar jenjang
- Dimensi ramp
1. Menu Mine Design diaktifkan
2. Pit Design à select slope method
- Design slope à slope disemua posisi besarnya sama
- Slope strings à slope disalah satu posisi berbeda
3. Tentukan besarnya slope yang diinginkan
4. Pit Design à New Ramp
Tentukan dimana ramp itu akan dibuat (lebarnya,dab) à apply
Isi table yang muncul à apply
5. Expand Segment à By bench Height à utk tinggi bench à tentukan sisi
bench yg akan diperluas à apply.
Expand Segment à By berm Width à utk lebar bench à tentukan sisi
terluar dari bench yg akan diperluas à apply.
Untuk merubah arah jalan :
1. Yang dirubah/didesain adalah berm-nya
2. Ramp properties sbelumnya dihilangkan dan harus dibuat properties utk new ramp
Perhitungan Volume (Net Volume) à utk perhitungan volume total
1. Buat original surface dlm btk *.DTM
2. Buat design tambang dlm btk *.DTM
3. Buat pit boundary/limit dari bentuk *str, dimana :
- Kurva harus tertutup
- Arah kurva clockwise
4. Klik volumes à Net volumes between DTM’s
5. Isi kolom dengan :
- Define first DTM à original surface
- Define second DTM’s à design tambang
- Isi location dengan à pit boundary
6. Isi nama file yang diinginkan
7. Apply 2x à muncul file dlm bentuk *.not
Perhitungan Volume à berdasarkan elevasi
1. Utk no.1 s/d 3 sama dengan diatas
4. Buka file pit boundary/limit à pilih koordinat yang akan diukur/section ( x & y )
5. Surface à DTM file function à create sections from DTM
6. Isi kolom yang ada :
- Define first DTM à original surface
- Define second DTM’s à design tambang
- Pit Boundary/limit
- Define the file to create (isi nama file yg diinginkan)
7. Buka file section yang baru saja dibuat pd no.6
8. Volumes à by elevation from sections
9. Isi kolom yg ada :
- Location à file section pd no. 6
- Range à dr ttk terendak, tertinggi, jarak per section
Membuat hasil pemboran
1. Buat file di Excell dgn sheet:
- Database pemboran
- Collar : Hole ID, X;Y;Z, Max Depth, remark 1, remark 2
- Survey : Hole ID’ Depth, Dip, Azimuth
- Geologi : Hole ID, sample ID, Depth from, Depth to, thickness, app.dip, rock type, coal seam, remark
- Sample: Hole ID, sample ID, Depth from, Depth to, thickness, app.dip,
rock type, coal seam, Data coal quality (TM, IM, CV, etc)
2. Masing-masing sheet disave dgn *.csv
3. Surpac à menu Database
4. Database à open/new
- Database type à acess à calculated
5. Tambahkan table dgn geologi & sample
6. Tambahkan kolom agar sama dgn masing-masing kolom pada file *.csv
!!! TABEL HARUS SAMA !!!
7. Isi type dengan :
- character à huruf
- real à angka
8. Database à import data à masukan masing-masing file *.csv
9. Lihat hasilnya pada à *.log
Jika no overlapping maka data sdh benar
10. Untuk menampilkan batang bor
Display à drillhole display styles à isi warna utk coal seam
11. Display drillhole à isi masing-masing table di ‘geologi’à klik kanan à get field codes
12. Extract à zone thickness & depth à isi kolom
13. Display à drillhole
14. Display à recallà display à string & points (drawing method à line/marker)
Untuk mengetahui besarnya dip :
1. Dari drillholes bentuk garis/string à surface à create DTM from layer à save
2. Contouring à contour DTM file à jd file *.str
3. Buka file *.str shg bisa dilihat bsrnya dip dari batubara
Membuat SR-Countour
1. Suraces à advances àmaths between DTM’s
2. Masukkan expresions
((a-b)/(b-c)) + 0,001)
dimana:
a – DTM topo
b – DTM roof coal
c – DTM floor coal
Menurunkan elevasi topografi
File tools à string maths
Isi file yang akan dirubah, file yang baru dan isi field dgn Z, serta expresion (rumus, mis : z – 3) yg artinya seluruh elevasi dikurangi 3 meter.
Membuat intersection (boundary) scr spt
Surface à clip or intersect à line intersections between DTM’s
Cara meng-expand pit pada bagian tertentu
1. Buka peta design pit lalu dipotong bagian yang akan di expand
2. Ganti no.string utk bagian yang akan di expand lalu save
3. Hilangkan/hapus string yang baru dan save design pit yang baru
4. Buka file *.str (no.2) yang baru dan mulai diexpand sesuai keinginan (string yang tdk perlu dpt dibuang)
5. Lalu save string yg sdh diedit/expand
6. Buat file *.DTM utk design yang sudah di expand (no.5)
7. Buat intersection dari peta topo dan file *.DTM dari no.6
Surface à DTM file function à line intersection between 2 DTM
8. Rapikan hasil intersection (boundary) à save
9. Buka file *.str yg sdh diexpand dan file hsl intersection serta rapikan (garis yg keluar dr boundary diedit)à save
10. Buka layer baru dgn isi dan digabung:
- Design pit yang baru (no.3)
- Design bench yang sdh diexpand (no.5)
- Boundary pit yang baru (no.8)
11. Samakan stringnya, lalu hubungkan design pit dgn design bench yg sdh di expand à save ke *.DTM
12. Buka file pit awal (*.DTM) dan file *.DTM (no.11)
13. Buat section
View à viewing planes à cutting planes (pair)
14. Design yg baru, string-nya dirubah
Cara membuat data Geologi s/d Mine Design
1. Setelah file drill hole terbentuk dalam *.str
2. Buat grs Bantu diatas dan dibawah sesuai dengan dip masing-msing hole (utk top dan bottom coal)
3. Buat file *.dtm dari no.2
4. Buat kontur struktur coal (ks)
à countouring à countour DTM file
5. Buat cropline
à surfaces à DTM file functions à line of intersections between 2 DTM’s
File : - Topo (DTM)
- Kontur Struktur (DTM)
6. Buat design tambang dgn elevasi floor (trial & error)
7. Buat boundary pit à intersect topo dgn design tambang
8. Hubungkan boundary pit sesuai nomer lalu di trim dengan design yang
ada.
9. Hitung volume OB dgn metode Net Volume
10. Buat floor coal dengan cara intersect design (DTM) dgn floor/roof (DTM)
11. Buat roof coal (cropsline) dengan cara intersect topo dgn model coal
12. Gabung antara no.10 dan 11 dan sambungkan sesuai nomer à boundary coal
13. Hitung volume coal (luas boundary coal dikalikan dgn tebal coal dari laporan pemboran) à perhitungkan kasar, lalu hitung pula SR-nya
14. Buat file di Excell utk perhitungan volume
15. Hitung volume OB per section tiap zona (buat penampang OB per zoneà *.str)
File :
- Topo (DTM)
- Design (DTM)
- Boundary Pit (str)
Tentukan : x, y1 dan y2
16. Buat penampang coal per zone per seam (cara sama dgn no.14)
File :
- Roof coal (DTM)
- Floor coal (DTM)
- Boundary coal (str)
Tentukan : x, y1 dan y2
Diposkan oleh afrimadona di 00:43
2 komentar:
echo mengatakan...
salam tambang...
mantap sekali infnya mudah@an bermanfaat
2009 Februari 14 18:09
muhammad mengatakan...
salam tambang...
halo fren gmn caranya ngerubah .csv jadi .str dalam surpac???
ak ga bisa nampilan contur karna datanya masih format .csv???
dah berkali2 di coba tetap aj ga bisa..
thanks ...
moga blog nya makin berkambang ne...
2009 Maret 22 02:11
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lama Halaman Muka
Langgan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
• ▼ 2008 (2)
o ▼ Desember (2)
TUTORIAL SURPAC BAG 1
MAPINFO TUTORIAL
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Mengapa Menggunakan MapInfo?
Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information System (GIS), merupakan suatu proses pekerjaan yang menggabungkan dan terdiri atas beberapa hal seperti peta, tabel, analisa, hasil keluaran, dan alat bantu komputer. GIS tidak selalu menggunakan komputer, namun karena lingkup pekerjaan yang sangat kompleks dan memerlukan ketelitian yang tinggi, saat ini komputer merupakan alat bantu satu-satunya yang sangat membantu efisiensi pekerjaan GIS.
Untuk mempermudah dalam membangun sistem serta melakukan proses analisa, manipulasi obyek, pemanggilan, penyimpanan, dan pengeluaran hasil kerja, maka banyak lembaga atau perseorangan yang membuat alat dan atau program aplikasi untuk mempermudah hal-hal tersebut di atas. Program aplikasi itulah yang sering disebut sebagai program aplikasi GIS.
Studi tentang Strategic Structural Plan for Kuta (SSPK) yang sekarang menjadi Strategi Manajemen Perkotaan Kuta (SMPK) setelah ditetapkan menjadi produk hukum melalui Keputusan Bupati Badung No. 1226 Tahun 2002 Tgl. 5 Nopember 2003 lokasi studinya di Kawasan Samigita (Semingak, Legian dan Kuta) dipilih menggunakan sofware MapInfo dan Autocad dalam proses penyusunan peta-peta eksisting maupun peta-peta perencanaan karena kemudahan dalam pemakaian dan merupakan salah satu program aplikasi yang banyak dipakai di instansi pemerintah. Kemudahan pemakaian sangat membantu dalam implementasi pemindahan ilmu (transfer of knowledge) kepada staf teknis di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung, serta kemudahan untuk mengupdate maupun dalam mengcopy file antara satu instansi dengan instansi lainnya sesuai dengan data yang dibutuhkan.
1.2 Kemampuan
Apabila dilihat dari kemampuannya sebagai program aplikasi GIS, MapInfo memberikan dan menyediakan berbagai macam kemampuan, diantaranya sebagai berikut :
Program aplikasi GIS dapat berintegrasi dengan program aplikasi lain seperti pengolah kata (word) dan tabulasi (spreadsheet). Dengan kemampuannya, MapInfo dapat melakukan editing langsung dari program aplikasi lain, tanpa harus berulangkali berpindah dari satu program ke program lain.
Menyediakan format file yang dapat memberikan atau menerima format file ke/dari program aplikasi GIS lain, bahkan untuk program aplikasi umum.
Melakukan pemanggilan lebih dari satu file secara bersamaan, melakukan kontrol layer secara individual, serta kontrol dan perubahan proyeksi peta dan koordinat.
Menyediakan perangkat perintah makro dengan alat bantu MapBasic Window, yang memungkinkan pengguna dapat melakukan perintah berulang-ulang dengan satu kali perintah.
Serta banyak kemampuan-kemampuan lain yang dapat diketahui hanya apabila digunakan.
1.3 Dokumentasi File MapInfo
Sebagai tambahan untuk User’s Guide yang ada, secara otomatis dimasukkan dalam proses instalasi tentang online Reference, Online Help, StatusBar, dan Tutorial.
1.3.1 MapInfo Reference
MapInfo Online Reference adalah panduan lengkap untuk semua menu perintah, tools, dan fungsi dari setiap perintah yang ada pada MapInfo. Dalam Reference tersebut, menu perintah diurutkan berdasar huruf abjad, serta diberikan intruksi lengkap langkah demi langkah untuk setiap perintah dan variasinya.
Reference didokumentasikan dalam format Adobe Acrobat Reader, sehingga hanya dapat dibaca dengan program dan format yang sama. Untuk dapat meng-akses Reference, lakukan langkah sebagai berikut :
1) Lakukan instalasi program aplikasi Adobe Acrobat Reader yang terdapat pada CD Installer MapInfo.
2) Pindahkan file-file sebagai berikut di bawah dari CD Installer MapInfo, kedalam directory C:\Program Files\MapInfo.
mi_ref.pdf, yang merupakan Reference Guide dari MapInfo Professional 5.0, membutuhkan 3 MB tempat di Harddisk.
crw_ref.pdf, yang merupakan User Guide untuk Crystal Reports, membutuhkan 13 MB tempat di Harddisk.
3) Dari Windows Explorer, klik 2 (dua) kali file yang ingin dibaca. Secara otomatis file tersebut akan terbuka menggunakan program aplikasi Adobe Acrobat Reader.
1.3.2 MapInfo Tutorial
MapInfo Tutorial merupakan komponen aplikasi dari MapInfo yang memberikan tuntunan dan contoh langsung secara visual pada layar komputer, tentang langkah-langkah penggunaan MapInfo. Untuk dapat meng-akses aplikasi ini, dapat dilakukan secara langsung dari CD Installer MapInfo 5.0 dengan melakukan perintah sebagai berikut. Pilih What’s New > Run MapInfo Tutorial.
1.3.3 MapInfo StatusBar
MapInfo StatusBar berada pada bagian paling bawah dari layar MapInfo. Selama bekerja dengan MapInfo, StatusBar tersebut akan memberikan informasi yang sangat diperlukan seperti yang akan dijelaskan berikut di bawah. Untuk menampilkan dan menutup StatusBar, lakukan perintah: Option >Show / Hide StatusBar.
StatusBar Help. Menampilkan informasi mengenai penjelasan setiap menu perintah yang ada di menu bar. Setiap kali cursor digerakkan dan berada di atas sebuah menu perintah, pada statusbar akan tertulis informasi fungsi dari perintah yang bersangkutan.
Zoom Layer. Menampilkan penampilan window (zoom) dalam ukuran lebar window. Informasi lain dari status ini adalah skala peta dan lokasi cursor. Pemindahan jenis informasi dilakukan dengan menekan tombol panah disamping setiap informasi pada StatusBar.
Editable Layer. Menampilkan file atau layer peta yang berada dalam kondisi editing. Sekaligus pada StatusBar tersebut, dapat dilakukan pemindahan layer peta yang dikehendaki untuk di edit.
Browser Window Records. Menampilkan jumlah record dari tabel browser yang ditampilkan.
Snap-to-Node. Menampilkan informasi penggunaan snap, yang ditampilkan dengan huruf S.
1.3.4 File Kerja MapInfo
File kerja adalah file-file yang terbentuk dan disimpan pada saat bekerja dengan program aplikasi MapInfo 5.0. Pada dasarnya, setiap file atau tabel dalam MapInfo 5.0 terdiri atas file-file berikut ini.
JENDELA (WINDOW) MAPINFO
FILE ATAU TABLE DALAM MAPINFO
Akhiran File Keterangan
File Vektor Image :
Mapnfo File.DAT File yang berisi data atribut, dalam format bahasa program MapInfo 5.0.
Mapnfo File.ID File yang berisi header untuk kode data atribut.
Mapnfo File.IND File yang berisi header untuk kode data indeks.
Mapnfo File.MAP File data obyek grafis dalam bentuk bahasa mesin.
Mapnfo File.TAB File yang berisi header untuk data atribut
Mapnfo File.WOR Batch file yang berisi kumpulan setting peta tematik atau untuk keperluan cetak.
Akhiran File Keterangan
File Raster Image :
Filename.BMP Windows Bitmap
Filename.JPG JPEG – Joint Photographic Experts Group
Filename.TIF TIFF – Tagged Image File Format
Filename.GIF Graphics Interchange Format
Filename.TGA Truevision TGA (Targa)
Filename.PCX Zsoft Paintbrush
Filename.BIL SPOT – Satellite Pour I’Observation de la Terre
File Import/Export :
Mapnfo File.MIF File ASCII yang merupakan header data file yang bersangkutan
Mapnfo File.MID File ASCII yang merupakan isi data obyek grfais dan data atribut
File-file tersebut dalam tabel di atas perlu diketahui terutama untuk keperluan pengaturan file dalam harddisk, atau pemindahan file dengan menggunakan Windows Explorer. Jangan sekali-kali mengubah file dengan menghapus atau menambah isi file, karena akan mengakibatkan file tidak bisa dibuka kembali dengan program aplikasi MapInfo.
File Raster Image merupakan file yang berasal dari luar MapInfo, seperti dari hasil scanning ataupun CCT (Computer Compatible Tape) yang biasanya merupakan data yang diperoleh dari satelit.
1.3.5 Bagan Menu Perintah MapInfo
Untuk memudahkan pengguna dalam menjalankan program MapInfo, di bawah ini akan diberikan diagram pohon menu perintah yang seringkali digunakan, terutama dalam rangka membantu pelaksanaan Studi Strategic Structural Plan for Kuta (SSPK).
Diagram pohon tersebut akan mempermudah mencari dan menelusuri letak perintah yang diinginkan didalam kelompok menu perintah MapInfo.
1.3.6 Diagram Alir Penggunaan MapInfo
Tidak semua menu perintah yang ada dalam MapInfo ini akan digunakan, terutama untuk keperluan studi tentang angkutan umum. Diagram alir sederhana di bawah ini akan memberikan gambaran tentang langkah-langkah tersebut. Dari diagram langkah itu, kemudian dikonversi menjadi diagram perintah yang terdapat pada menu aplikasi MapInfo.
Dari kedua diagram tersebut, tidak akan menjelaskan secara detail, tetapi hanya memberikan gambaran tentang menu utama yang sering digunakan.